SECTION 6 KEGIATAN RAMP HANDLING
1.
MARSHALLING
v Pemanduan
pergerakan pesawat (Marshalling)
Pesawat
karena ukuran dan beratnya merupakan benda yang sangat sulit untuk berhenti dan
bergerak / berjalan secara tiba-tiba atau juga melakukan pergerakan di area yang
sempit.
Salah satu
prosedur keselamatan yang sangat penting dalam proses parkir dan pergerakan
pesawat di ramp adalah komunikasi. Komunikasi yang dimaksud di sini adalah
komunikasi dengan menggunakan isyarat tangan atau lebih dikenal dengan Prosedur
Hand Signaling (Marshalling).
Selanjutnya
mengacu pada surat keputusan nomor : SKEP / 81 / X / 1998 tentang Pedoman Umum
Pengelolaan Ground Support Equipment, Bahwa setiap petugas / personil yang
memandu parkir pesawat harus sudah terlatih dan memiliki
sertifikat, yang dikeluarkan oleh Direktorat Keselamatan Penerbangan
Dirjen Perhubungan Udara Departemen Perhubungan.
v Berikut adalah hal-hal yang harus
diperhatikan oleh pemandu pergerakan / parkir dari pesawat udara:
a) Pemandu untuk pergerakan yang
spesifik (parkir pesawat) harus betul teramati oleh Flight Crew pesawat yang akan dipandu.
b) .
Pemandu menggunakan tanda isyarat
tangan yang sudah baku.
c) Pemandu harus dalam posisi yang
teramati dan menjaga kontak komunikasi visual sampai pesawat benar-benar berhenti.
d) .
Untuk menghindari kemungkinan salah
interpretasi, jika dalam waktu bersamaan ada pergerakan lain selain pesawat
yang memerlukan panduan seperti cargo atau GSE, hendaknya pesawat tetap menjadi
prioritas sampai pesawat selesai dipandu dan benar-benar berhenti.
e) Tanda isyarat tangan baku dinyatakan
pada SOP No. S-OS-014 tentang Tanda Insyarat Tangan.
2. PARKING
GSE yang terdiri dari motorized dan non-motorized hendaknya diparkir di tempat yang telah ditetapkan
dengan parking brake pada posisi
akfif dan posisi gigi pada netral atau parkir. Selanjutnya dalam pengoperasian
GSE harus perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
a)
Diharuskan
ekstra hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan kerusakan
pada pesawat sewaktu berada di darat.
b)
Pada
kondisi siaga untuk melayani kedatangan pesawat, semua peralatan yang
beroperasi di area ramp harus diletakkan / diposisikan dibelakang garis batas (restraint line) dalam kondisi parking
brake terpasang.
c)
Mobil
tangga untuk penumpang (passenger step)
harus berada dalam keadaan "fully
retracted" sebelum pesawat datang.
d)
. Semua peralatan termasuk passenger step tidak diperkenankan
bergerak maju ke pesawat sampai pesawat berada dalam keadaan berhenti sempurna,
parking brake terpasang dan lampu anti collision padam.
e)
. Pada setiap wing tip dan depan engine
hendaknya diberi pengaman / pembatas berupa safety
cone.
f)
Semua
peralatan GSE harus memiliki perlengkapan parking
brake dan dapat berfungsi dengan sempurna.
g)
Semua
peralatan harus dalam kondisi laik operasi (good
mechanical).
h)
.
Kecepatan GSE tidak boleh melebihi 5
km/jam sewaktu mendekati atau menjauhi pesawat.
i)
Attachment Fittings / transfer
bridges dan semua
platform harus terpasang dengan
sempurna.
j)
. Lakukan “Walkaround check” sebelum mengoperasikan GSE.
k)
Semua
kabel, selang-selang yang ada diperalatan harus tergulung pada tempatnya.
l)
Peralatan-peralatan
yang memiliki kemampuan untuk naik/turun (elevating
devices) harus berada pada posisi turun penuh sewaktu berjalan, kecuali
pada saat posisi akhir mendekati pesawat.
m)
. Tidak diperkenankan mengangkut
bagasi dan atau kargo dengan menggunakan peralatan GSE yang tidak dirancang
untuk fungsi itu.
n)
Kargo
harus dimuat dalam kereta barang dengan posisi rata (mendatar). Barang yang
lebih berat ditaruh di bawah dan di tengah untuk menjaga kestabilan. Semua
pintu, penahan dan penutup harus dalam kondisi tertutup sempurna untuk mencegah
kargo jatuh.
o)
Meskipun
kereta (dolly) yang dioperasikan secara manual tergolong peralatan yang
sederhana akan tetapi perhatian ekstra harus tetap dilakukan untuk menghindari
kecelakaan.
p)
Semua pengunci dan rel pemandu pada
kendaraan pengangkut pallet dan container harus diperiksa setiap saat sebelum
dipakai.
q)
Karena adanya kecenderungan
“pengurangan sudut belok” pada sebuah rangkaian gerobak / dolly maka pengemudi
rangkaian dolly / gerobak tidak boleh terlalu cepat belok setelah menghindari
rintangan.
r)
Peralatan yang rusak harus ditampeli
label / tag “0ut of Service” dan
segera dikirim ke unit repair (workshop),
Tag / label hendaknya berisi informasi berikut :
·
tipe dan no inventory
·
alasan out of service
· tanda tangan
dari supervisor yang bertugas.
a)
Dalam menempatkan peralatan harus
senantiasa memperhitungkan jarak aman dengan kendaraan, pesawat atau peralatan
GSE yang lain.
b)
.
Harus
ditempatkan seorang pemandu pada saat:
· Pandangan
pengemudi terhalang pada area kritis (seperti penempatan equipment atau posisi
mundur).
·Memandu
harus menggunakan tanda isyarat baku tentang tanda isyarat tangan.
· Melakukan
handling agar dapat mengatur jarak aman dengan akurat dan berkomunikasi dengan
operator kendaraan. Pengemudi GSE harus segera berhenti pada saat kehilangan
kontak pandangan dengan pernandu.
a)
Harus
ada seorang operator yang berjaga pada motorized
equipment yang mesinnya sedang hidup.
b)
Sebelum
memasuki restraint area setiap
pengemudi motorized equipment harus
melakukan pengujian rem dengan cara 'mengerem' kendaraannya dan melakukannya
sekali lagi sebelum mencapai sisi pesawat.
3.
RAMP TO FLIGHT DECK COMMUNICATION
Percakapan antar pihak
ground dengan pihak cabin.apakah semua kegiatan yang di lakukan di ramp sudah
clir atau non clir
4.
LOADING/EMBARKING
AND UNLOADING/DISEMBARKING
ü Loading
Unloading
Untuk memulai loading
harus dimulai dari compartment depan dan untuk unloading atau
bongkar dimulai dari compartment belakang, tujuannya adalah untuk
menghindari terjadinya tipping atau pesawat terlalu berat belakang.
Loading
·
Pastikan anda menerima dokumen loading
instruction yang benar.
·
Pastikan bahwa anda sudah memahami loading
instruction tersebut, lakukanlah briefing dan debriefing
dengan petugas load control sebelum anda melaksanakan instruksi
tersebut.
·
Sebelum cargo dimuat di pesawat,
pastikan bahwa semua cargo atau bagasi dalam kondisi baik sesuai dengan
pesyaratan yang berlaku.
·
Penerimaan
barang / muatan di sisi pesawat harus disertai DO (delivery order) dan
check sesuai prosedur sebelum menandatangani DO tersebut.
·
Tempatkan cargo
train (gerobak) yang berada di depan wing searah hidung pesawat dan yang berada
di belakang wing searah ekor pesawat (tail out position)., dan aktifkan
rem ban.
·
Hitung dengan
teliti dan benar berat dan koli muatan tersebut, perhatikan dan pastikan label
dan symbol sudah sesuai dengan tujuan dan cara penanganannya pada lembar loading
checklist.
· Laporkan aktual
berat muatan (cargo, pos, dan bagasi) yang telah dimuat dalam form loading
instruction ke load control. (via petugas ramp)
· Pastikan net
terpasang dengan baik dan benar sesuai dengan loading prosedur yang
berlaku.
·
Tutup pintu compartment
dengan baik dan benar.
·
Jangan tinggalkan
pesawat sebelum Block off atau mundur.
·
Segera serahkan
laporan loading instruction ke load control.
ü Unloading
·
Periksa incoming CPM (container
pallet message), LDM (Load Distribution Message) dan Communication
of Load Information (CLI).
CPM adalah
pesan yang berisikan informasi mengenai muatan compartment yang meliputi
status muatan dari container, pallet, dan bulk.
LDM adalah
pesan yang berisikan informasi dasar untuk suatu penerbangan ( penerbangan /
tanggal, nomor registrasi, tipe pesawat, tujuan, crew, penumpang) dan informasi
berat (berat dari ULD dan total dari muatan cargo, pos, bagasi, dan bahan
bakar).
CLI adalah
pesan yang berisikan informasi mengenai pemuatan bagasi, cargo, dan pos pada
setiap compartment.
·
Persiapkan sarana sarana penunjang yang
diperlukan sesuai dengan kebutuhan untuk penurunan barang / muatan.
·
Perhitungkan SDM loading unloading
sesuai dengan kebutuhan.
·
Man power harus sudah siap di air
side 5 menit sebelum pesawat block on.
·
Pastikan mesin pesawat telah dimatikan,
sebelum membuka cargo door.
·
Tempatkan cargo train (gerobak) yang
berada di depan wing searah hidung pesawat dan yang berada di belakang wing
searah ekor pesawat (tail out position)., dan aktifkan rem ban.
·
Turunkan muatan dari compartment belakang
terlebih dahulu, selanjutnya compartment depan atau secara bersamaan,
penurunan muatan disesuaikan dengan prioritas dan klasifikasinya.
·
Serahkan muatan yang telah diturunkan
ke unit terkait sesuai dengan fungsi dan prioritas serta klasifikasi ,
spesifikasinya dan didukung dengan form delivery order (DO).
·
Pastikan semua bagasi dikirim ke
baggage area sesegera mungkin, dimana bagasi first class, business atau priority
dikirim terlebih dahulu daripada bagasi economy class.
A/C Loading & Unloading
A/C Loading& Unloading meliputi:
· Passenger Loading
· Cargo Handling
o
Passenger Loading
Keselamatan penumpang (passenger) pada area ramp merupakan hal
yang harus diutamakan. Kemudian, hal-hal yang mungkin terjadi pada penumpang di
area ramp ketika pesawat parkir di remote
area (tidak menggunakan Aviobridge),
misalnya : jatuh, tergelincir, tertabrak oleh peralatan yang bergerak di area
ramp. Prosedur berikut membantu untuk dapat memberikan tingkat keselamatan pada
penumpang baik selama boarding maupun
pada saat turun (disembark):
a. Tangga penumpang atau PBS (Passengger Boarding Stair) ditempatkan
dengan benar, sehingga tidak ada celah (gap)
antara tangga dengan pesawat.
b. Setelah diposisikan dengan benar,
PBS (Passengger Boarding Stair) di
kunci agar tidak bergerak.
c. Kapasitas beban maksimum tangga
hendaknya tidak dilampaui, beban yang diterima tangga harus diperhitungkan.
d. Hal-hal yang menghambat gerakan
penumpang dan pesawat ke gerbang dan sebaliknya, seperti: pipa-pipa,
kabel-kabel ground power, oil, grease atau genangan air, hendaknya dihindarkan
atau dibersihkan.
e. Harus diamati apakah ada gerakan
pesawat lain yang akan bergerak melintas, sebelum menurunkan atau menaikan
penumpang.
f. Penumpang tidak diizinkan berada di
area ramp, mengingat bahaya semburan jet (jet
blast) atau propeler wash.
g. Aktivitas penumpang di area ramp ada
dibawah pengawasan petugas.
h. Penumpang tidak diperkenankan berada
di area ramp / air side demi alasan keamanan dan keselamatan.
i.
Penumpang atau pun petugas tidak
diperkenankan merokok di area ramp.
o
Cargo Handling
Setiap petugas yang menangani kargo
memiliki kemungkinan cidera atau luka, lebih tinggi dibanding pegawai lainnya.
Karena itu penanganan kargo harus betul-betul di laksanakan dengan tingkat
kewaspadaan yang tinggi. Di samping itu, orang yang bertugas dibagian kargo
hendaknya telah melalui suatu pelatihan tentang penanganan kargo yang memadai.
Berikut prosedur yang harus diperhatikan dalam penanganan kargo:
a. Jangan menumpuk kargo terlalu
tinggi, hindari ketidakstabilan tumpukan kargo.
b. Hendaknya semua kargo disusun / tata
dengan benar (di dalam pesawat atau di atas gerobak / cart) untuk mencegah tumpukan kargo tidak tumbang.
c. Gunakan kain terpal, lading pengikat
kargo, atau penutup sisi samping gerobak untuk mencegah kargo jatuh ke jalan
(selama baggage cart bergerak).
d. Pengoperasian semua unit mekanikal
seperti: Cargoveyor atau BCL (Baggage Conveyor Loader) atau HLL (High Lift Loader), forklift, harus
sesuai dengan perintah yang telah ditetapkan. Jangan mengoperasikan peralatan
tersebut di atas melebihi kapasitas beban yang diizinkan. Jika ragu tentang
beban yang akan di handle tanyakan
pada supervisor yang bertugas pada saat itu.
e. Jangan sekali-kali mengangkat,
mendorong atau menarik kargo lebih dari kemampuan fisik. Jika beban besar dan
atau berat mintalah bantuan untuk mengangkatnya.
f. Hindari menggunakan perhiasan
(contoh: cincin atau gelang), karena kemungkinan akan menyebabkan tersangkut di
kaitan (hook), pada paku, pada gesper
dan lain-lain, yang akan berakibat cidera pada jari tangan atau siku.
g. Pada penanganan kargo di ruang yang
sempit hendaknya kargo didorong dari pada di angkat. Karena mengangkat
memungkinkan terjadinya cidera pada jari atau tangan.
ü Standar Operasi
Prosedur
v
Persiapan
·
Mengikuti briefing dan de-briefing yang
diadakan setiap pertukaran shift kerja dan sebelum melaksanakan tugas kegiatan
kerja.
·
Memeriksa segala message yang masuk
yang berkaitan dengan proses loading/unloading yang sudah maupun akan
dilakukan.
v
Pelaksanaan Loading (pemuatan) :
·
Memeriksa kelengkapan data yang ada di
Load Plan / Loading Instruction terhadap data :
Q Nomor
Penerbangan (Flight Number)
Q Registrasi
pesawat
Q Tanggal
Q
Rotation/Destination
·
Melakukan koordinasi dengan unit
terkait untuk memastikan dan mengantisipasi kendala-kendala operasional
berkaitan dengan GSE.
·
Memastikan ketersediaan GSE dalam
rangka loading yang akan dilaksanakan, sebagai berikut :
ü Pesawat Narrow
Body
a. BTT (Baggage Towing Tractor)
b. BCT (Baggage Cart)
c. BCL (Baggage Conveyor Loader)
ü Pesawat Wide
Body
a. MDL (Main Deck
Loader)
(utk mega top/cargo)
b. HLL (High Lift Loader)
c. BCL (Belt Conveyor Loader)
d. CTL ( Cargo Transporter
Loader)
(utk transfer load)
e. STT (Baggage Towing Tractor)
f. BCT (Baggage Cart)
g. CDL (Container Dollies)
·
Mencatat waktu mulai aktivitas Loading
(pemuatan).
·
Memastikan bahwa posisi gerobak bagasi
dengan beban penuh (cargo/mail/baggage) berada dibelakang "restraint
line" parking pesawat selama menunggu kode dari Marshaller (pesawat telah
berhenti sempurna dan engine mail)
·
Menghitung dan mencatat jumiah AWB/SAWB
(SMU) dari cargo/mail sesuai dengan flight number, destination dan kategori
resikonya (Risk Category).
·
Melakukan proses loading sesuai dengan
loading instruction dan memastikan bahwa aircraft compartment terisi sesuai
dengan loading Instruction.
·
Memastikan bahwa semua alat pengaman
pada aircraft compartment (seperti net, stud fitting dan lock) sudah terpasang
pada tempatnya.
·
Melihat secara fisik kondisi cargo/mail
terhadap kemungkinan kerusakan kemasan/ pelindung.
·
Menyakinkan bahwa Dangerous Goods /
Perishable item / Live Animal / barang-barang lainnya yang membutuhkan
penanganan khusus telah ditangani dan ditempatkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
·
Melakukan koordinasi atau klarifikasi
dengan Load Control apabila diketemukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
pada barang.
·
Melakukan koordinasi atau klarifikasi
dengan Load Control apabila terjadi Volume Minus (space yang tidak mencukupi)
sehingga terjadi kemungkinan perubahan Load Sheet.
·
Melakukan koordinasi atau klarifikasi
dengan Load Control apabila dirasa menemui Load Planning yang tidak ideal
sehingga mempengaruhi Weight & Balance (out of Trim).
·
Melaporkan ke Load Control muatan
aktual (actual load) yang dapat dimuat ke pesawat terbang agar dapat dibuat
final Load Sheet, sebagai berikut :
Q Total weight
dan pieces dari cargo keseluruhan
Q Total weight
dan pieces dari bagasi keseluruhan
Q Total weight
dan pieces dari mail keseluruhan
·
Melaporkan jika ada penyimpangan atau
kerusakan pada sistem pesawat yang terjadi selama proses loading/unloading.
·
Memastikan bahwa posisi gerobak bagasi
pada pesawat baik yang penuh maupun kosong untuk loading-unloading sbb :
§
Didepan wing
tip pesawat harus paralel dengan bagian depan hidung pesawat
§
Dibelakang wing
tip pesawat harus paralel dengan bagian belakang ekor pesawat
§
Pergerakan dan
peralatan GSE dengan muatan penuh atau kosong dilarang keras/tidak diijinkan
melalui bagian bawah dari wing tip pesawat
·
Menutup dan meyakinkan bahwa seluruh
pintu cargo sudah terkunci dengan baik.
·
Loading Instruction disimpan dalam
sistem file tertentu dan digabung/dijadikan satu dengan Load Sheet untuk setiap
penerbangan.
v
Pelaksanaan Un-loading (pembongkaran muatan) :
·
Memeriksa dan memastikan Daily Log
Aircraft Schedule
·
Mengumpulkan, menyortir dan memeriksa
data atau message yang masuk berkenaan dengan persiapan Unloading yang akan
dilakukan, seperti :
a. LDM (Load Distribution Message)
b. CPM (Container Pallet Mesage)
c. CLI (Communication of Load Information)
d. Surat masuk (incoming message)
e. Delivery Order Form
f. Informasi lainnya
·
Berkoordinasi dengan unit terkait untuk
memastikan dan mengantisipasi kendala-kendala operasional berkaitan dengan GSE.
·
Meryakinkan ketersediaan GSE dalam
rangka Unloading yang akan dilaksanakan, sebagai berikut :
ü Pesawat Narrow
Body
a. BTT (Baggage Towing Tractor)
b. BCT (Baggage Cart)
c. BCL (Baggage Conveyor Loader)
ü Pesawat Wide
Body
a. MDL (Main Deck
Loader)
(utk mega top/cargo)
b. HLL (High Lift Loader)
c. BCL (Belt Conveyor Loader)
d. CTL ( Cargo Transporter Loader)
(utk transfer load)
e. BTT (Baggage Towing Tractor)
f. BCT (Baggage Carl)
g, CDL (Container Dollies)
·
Melakukan persiapan Unloading dengan
urutan mulai dari kompartemen belakang dan kemudian beralih ke kompartemen
depan.
·
Membuka pintu cargo untuk memastikan
kondisi dari cargo, mail dan bagasi.
·
Melihat secara fitsik kondisi
cargo/mail terhadap kemungkinan kerusakan kemasan/ pelindung.
·
Menyakinkan bahwa Dangerous Goods /
Perishable item / Live Animal masih dalam kondisi yang aman.
·
Melepaskan posisi kunci dari lock
pallet/container sebelum diturunkan (off loading)
·
Menggunakan CTL (jika diperlukan) untuk
transfer muatan dari HLL ke cargo tack/dollies atau sebaliknya.
·
Memastikan bahwa pada saat proses
transfer dollies berada pada posisi terkunci.
·
Melakukan Unloading sesuai dengan
katagori/klasifikasi dan prioritas, misalnya bagasi kelas utama, barang tidak
tahan lama/perishable, binatang hidup, atau karena pertimbangan keselamatan
(safety),
·
Memberikan instruksi ke operator BTT
yang membawa bagasi dan cargo untuk mengirim/membawa ke make-up area atau
gudang cargo.
·
Menggunakan Delivery Order dokumen
untuk serah terima bagasi/cargo.
·
Melaporkan jika ada penyimpangan atau
kerusakan pada sistern pesawat yang terjadi selama proses Unloading.
5. STARTING
ü Engine
Starting
v Berikut adalah hal-hal yang harus
diperhatikan pada saat engine starting:
a) Selama engine starting / running pada area ramp, diperlukan kewaspadaan
dari semua pihak yang ada di ramp untuk menjamin keselamatan pada penumpang dan
barang, petugas dan peralatan yang ada di sekitar pesawat.
b) Selama urutan proses engine starting harus diawasi oleh orang
yang memiliki otorisasi (dinyatakan oleh sertifikat / lisence yang dikeluarkan oleh instansi berwenang).
c) Disamping bertugas mengawasi proses engine starting, juga berkoordinasi
dengan petugas di area ramp lainnya untuk memastilkan bahwa area bahaya dari
engine baik itu isapan (engine intake)
ataupun area semburan (exhaust)
terbebas dari orang ataupun benda.
d) .Orang yang bertugas mengontrol starting engine harus memastilkan bahwa
sebelum proses engine starting
dimulai seluruh pintu akses dan pintu panel di pesawat telah tertutup dan
terkunci.
Dalam proses starting engine flight crew hendaknya mengadakan
komunikasi dengan petugas ground
untuk memastikan bahwa proses starting
berjalan lancar. Alat komunikasi umumnya digunakan head set atau hand signaling.
a. Petugas di Ramp hendaknya
menghindari gerakan-gerakan yang memungkinkan terjadinya salah interpretasi
komunikasi dengan flight crew dalam
mengendalikan proses starting ataupun pergerakan pesawat (A/C movement).
f. Petugas di darat yang bertanggung
jawab pada proses engine starting harus
memiliki pengetahuan tentang semua prosedur dan regulasi yang berhubungan
dengan proses engine starting tersebut.
g. . Semua pin pada gear, tutup
pitot, wheel chock, static ground wire dan ground power harus sudah dilepas sebelum
pesawat berangkat.
h. Sebagai perlindungan terhadap bahaya
kebakaran, harus ada pemadam api di dekat area pesawat, selama proses engine starting.
6. SAFETY MEASURES
Semua
orang yang ada di ramp harus mempunyai jiwa keselatan dan rasa jiwa kesalatan
yang harus di ciptakan bukan hanya untuk security tapi untuk semua orang yang
ada di ramp, karena hal ini sangat penting untuk keselamatan di dalam dunia penerbangan.
Pada saat starting dan running
engine, setiap personil yang bertugas harus menggunakan penutup telinga. Hal
ini dimaksudkan untuk melindungi telinga dari kebisingan (noise) yang bisa mengakibatkan gangguan pada pendengaran baik
sementara ataupun permanen (tuli).
Penutup telinga tersebut sebaiknya
dari tipe yang sudah disahkan oleh Departemen Kesehatan. Penutup telinga tipe headset dan microphone harus secara berkala disterilkan, demikian juga headset dan microphone pesawat. Dilarang menggunakan bola lampu (bulb) sebagai penutup telinga. Hal lain
yang harus diwaspadai dan dihindari adalah jet
blast (semburan jet engine) yang
memiliki tekanan dan temperatur yang tinggi.
·
Berikut
adalah hal-hal yang harus diperhatikan oleh semua petugas di area Ramp:
a)
Pada
saat pesawat datang, semua petugas dan GSE harus diam di tempat sampai pesawat
yang dipandu untuk parkir, telah benar-benar berhenti.
b)
Pada
saat keberangkatan pesawat, area engine
intake dan exhaust harus bersih
dari peralatan dan seluruh petugas tidak berada di area tersebut.
c)
Jangan
menyentuh bagian engine, rem atau
roda karena kemungkinan temperaturnya
d)
Dalam
kondisi apapun, hindarkan berjalan di dekat engine
yang sedang running.
7. PERPINDAHAN PESAWAT
Memindahkan
pesawat dari apron ke hangar dengan menggunakan alat push back atau toubarlist
SECTION 7 TENTANG PESAWAT SERVIC
1. DI LUAR PESAWAT (EXTERIOR)
Adapun
kegiatan kegiatan yang di lakukan di luar pesawat antara lain;
·
Bongkar muat barang
ü Tangga
penumpan gatau belai gajah
ü Alat
menaikkan atau menurunkan makanan
ü Alat
untuk menaikkan atau menurunkan cargo
ü Alat
untuk menaikkan atau menurunkan bagasi
·
Kebersihan
ü Membersihkan
kaca jendela ruang pilot
ü Memersihkan
mesin pesawat
ü Mersihkan
bekas bekas percikan minyak
ü Membersihkan
pesawat atau badan pesawat
ü Membersihkan
jendela dan kaca pesawat
ü Membersihkan
bawah pesawat dan di sekitar engine pesawat karena ada sisa-sisa fuel dan aftur
dan material material tidak sempurna lainnya, semua itu harus di bersihkan
Karen bila tidak di bersihkan akan mempengaruhi kulaitas pesawat
ü Bila
pesawat berwarna putih maka akan lebih kelihatan perawatan nya
2.
DI
DALAM PESAWAT (INTERIOR)
Kegiatan
kegiatan yang di lakukan di dalam pesawat antara lain;
·
Bagian kebersihan (Cleaning)
ü Mengganti
sarung, bantal ,alas kepala dan selimut
ü Membersihkan
asbak(tempat abu rokok)
ü Membersihkan
tempat duduk, meja makan
ü Membersihkan
debu dengan pengisap debu
ü Mengganti
isi kantong kursi, petunjuk pelayanan keselamatan penerbangan ,kantong muntah
dll
ü Menyikat
dan membersihkan lantai
ü Membersihkan
ruang pilot
ü Membersihkan
toilet dan mengganti bekas handuk dll
ü Mengganti
air minum dan untuk toilet
·
Makanan
ü Mengontrol
menu, perlatan dan makanan, menurunkan yang bekas dan mengganti dengan yang
baru sesuai dengan menu yang di pesan
ü Membersihkan
dengan rapi sesuai dengan petunjuk penerbangan yang di keluarkan dari pihak
maskapi
ü Di
perlukan kontaminasi
disebabkan karena sakit udara, menumpahkan makanan atau minuman dan ofensif
noda-noda
3. TOILET SERVICES
ü Membersihkan
kotoran dengan bersih dan mengganti air yang lama dengan yang baru dan mengisi
cairan sesuai dengan instruksi petugas
ü Proses
pembersihan kotoran kotoran manusia baik secara menual atau pun pake alat
(proses mengeluarkan kotoran dari pesawat)
4.
AIR
SERVICES
Water Service untuk pesawat dan perlengkapannya
hendaknya memenuhi persyaratan sanitasi dan higienis yang disetujui oleh
Departemen Kesehatan. Selanjutnya, dalam proses pelayanan air ke pesawat dijaga
agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)
Air
tidak tumpah atau bocor.
b)
Perangkat
untuk mencapai potable water service panel seperti tangga atau lainnya agar
dijaga tetap kering, sehingga yang menaiki tangga tidak jatuh atau tergelincir.
c)
Operator
water service tidak mengoperasikan lavatory service dalam waktu yang
bersamaan.
d)
Hendaknya
operator dapat berpakaian rapi dan bersih, demikian juga kebersihan kendaraanya
dapat tetap dijaga, hal ini untuk menampilkan citra bahwa operator tersebut
memahami tentang pentingnya kebersihan.
e)
Kendaraan
water service tidak diparkir
berdampingan dengan kendaraan lavatory
service.
·
Penyediaan air ada dua macam
ü Air
yang bisa di minum
Adalah
untuk air minum
ü Dan
air yang tidak di minum
Air
untuk toilet
ü Mengisi
air tenki air minum dengan air bersih
ü Mengganti
air minum yang lama dengan yang baru sesuai dengan peraturan yang ada
5.
PENDINGINAN
DAN PEMANASAN
·
Pendinginan
ü Proses
pendinginan pada pesawat di lakuakan sebelum berlansungnya boarding karena bila
temperature pesawat panas maka akan mempengaruhi bawan pesawat oleh sebab
itulah proses pendinginan pada pesawat di perlukan, dan demi kenyamanan passangers,apabila temperature pesawat
itu panas maka akan mengurangi jumlah barang, cargo akan berkurang
·
Pemanasan
ü Proses
pemanasan pada pesawat di lakukan apabila pada musim musim tertentu seperti
musim gugur, dan musim salju. Karena apabila tidak di lakukan pada musim
tersebut akan menyebabkan enginee tidak bisa menyala dan pesawat tidak bisa di
operasikan.
Cara
melakukan pemanasan pada pesawat dengan menyemprot pesawat yang alat nya sama
dengan pemadam api kebakaran dan akan meniupkan udara panas di sekitar enginee,
belakang pesawat (karena di belakang pesawat sangat membutuhkan uap hangat)
6.
CABIN
EQUIPMENT AND INFLIGHT ENTERTAINMENT MATERIAL
·
Cabin equipment; hiburan di dalam pesawat
seperti game,music, TV dsb
·
inflight entertainment material ; harus
di siapkan hal hal yang berkaitan dengan engineeri
7.
STRONG
CEBIN MATERIAL ;DI SIAPKAN GUDANG,
·
tujaunnya;
mempertinggi
flight safety (keselamatan penerbangan),compartable (kenyamanan), dan courtsy
(kerah tamahan) kecepatan waktu (on time performance) efficien dan efektifitas
biaya karena bila tepat waktu akan mengurangi biaya seperti biaya parkir dan
AMC tidak boleh lebih dari 25kg/jam itu maximal, serta pergerakan GSE pun di
batasi karena kalu tidak di batasi maka akan mepengaruhi waktu nya pula.
SECTION 8 TENTANG
PENGISIAN BAHAN BAKAR
1.
BAHAN
BAKAR
Pelaksanaan
refueling di bandara seluruh
Indonesia dilaksanakan oleh PERTAMINA, sedangkan PT Gapura sebagai
groundhandling bertindak sebagai supervisor. Namun ada hal-hal yang perlu
diwaspadai oleh semua pihak dalam proses refueling, terutama hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kebakaran.
a)
Listrik statis
Muatan listrik
statis dapat terkumpul pada pesawat selama terbang atau di darat. Hujan,
kristal es dan tiupan debu dapat memperbesar muatan listrik statis. Muatan
statis dapat juga terkumpul melalui induksi dari atmosfir yang bermuatan
listrik.
Listrik statis
mengalir melalui lintasan termudah, jika tidak ada lintasan termudah yang dapat dilalui muatan listik,
sedangkan pada saat yang sama jika muatan
listrik semakin besar maka muatan akan mencari lintasan yang terpendek
untuk mengalir hingga terjadi loncatan bunga api listrik. Pertemuan loncatan bunga api listrik
ini dengan bahan bakar mampu menimbulkan bahaya kebakaran.
b)
Rokok
Korek api dan pemantik api lainya
yang biasa digunakan untuk merokok dilarang dibawa oleh petugas yang menangani
pengisian bahan bakar (fueling).
Aturan dilarang merokok bagi petugas di ramp hendaknya ditekankan untuk
dilaksanakan, karena uap bahan bakar berpotensi menimbulkan kebakaran.
c)
Loncatan bunga api (spark)
Hal-hal berikut direkomendasikan
untuk tidak dilakukan selama proses refueling berlangsung, karena
memungkinkan timbulnya loncatan bunga api. Hal-hal tersebut adalah:
a.
Pemasangan
dan pelepasan battery pesawat.
b.
Pemasangan
charger battery.
c.
GPU
hendaknya ditempatkan jauh dari titik pengisian bahan bakar, juga menyambungkan
dan melepaskan saat proses refueling.
d.
Pengoperasian
switch listik di pesawat yang
mengontrol bagian sayap dan tangki.
e.
. Mengaktifkan radio dan RADAR.
f.
Melaksanakan
fueling dalam jarak 30 meter dari
RADAR pasawat yang sedang akfif atau 90 meter dari instalasi RADAR yang-sedang
aktif
SECTION 9 TENTANG PEMELIHARAAN
PESAWAT
1. RUTINITAS LAYANAN
(PELAYANAN YANG SERING DI LAKUKAN)
·
pelayanan
yang sering di lakukan antara lain adalah
ü melakukan
suatu pemeriksaan seseuai dengan petunjuk yang ada
ü masuk
ke dalam pesawat untuk menandatangani surat apakah pesawat tersebut boleh
terbang atau tidak
ü memasukkan
pernyataan ke dalam pesawat dan berkomunikasi cebin crew tentang passanger yang
membutuhkan WCHC dan WLCR atau yang membutuhkan pelayanan khusus.
ü Melakuakan periksaan sebelum
keberangkatan pesawat terbang sesaui dengan petunjuk
ü
Melakukan
check sebelum keberangkatan pesawat sesuai dengan instruksi dari pihak yang
bersangkutan
ü
Menyediakan
tenaga yang terampil untuk membantu awak pesawat atau ground staff dalam
kinerja pemeriksaan
2. NON RUTINITAS PELAYANAN (YANG TIDAK
SERING DI LAKUKAN)
ü Memperbaiki
kerusakan yang ada di pesawat seperti yang di laporkan oleh awak atau
mengungkapkan kerusakan yang ada pada saat atasan memeriksa pesawat, namun
perbaikan itu harus di sepakati secara terpisah antara pihak yang satu dengan
yang lain
ü Masuk
ke dalam pesawat dan berkomunikasi dengan pihak ramp untuk melakukan tindakan
yang akan di ambil
ü Melaporkan
tindkan yang akan di ambil kepada atasan untuk perbaikan pesawat dan perawatan
pesawat yang rusak sesuai dengan petunjuk yang ada
ü Memelihara
buku buku petunjuk manual yang telah ada agar jika terjadinya suatu keruskan
pesawat bisa melihat buku pegangan tersebut
ü Menyediakan
fasilitas alat khusus yang tersedia\
ü Memindahkan
pesawat ke hangar sesuai dengan petunjuk pihak ground
3. BAHAN PENANGANAN
ü Untuk
mendapatkan izin bea cukai
ü Menyediakan
pemerksaan secara berkala untuk cadangan atasan dan pembangkit listrik
4. PARKIR DAN HANGAR
ü Menyediakan
tempat bagi pesawat sesuai dengan tipe pesawatnya
ü Mengatur
tempat parkir supaya muat untuk menampung pesawat lainnya
ü Menyiadakan
hangar tempat pesawat dimana di hangar dilakukan pembersihan pesawat dan
kerusakan pada enginee dan sebagainya.
SECTION 11 TENTANG
PERMUKAAN TRANSPORTASI
1.
UMUM
ü Memuat
semua peraturan yang di perlukakan untuk transportasi dari penumpang baik itu
wchc atau wlch dan cargo untuk surat-surat.Baik dari Bandar dan kota terminal
dan di sepakati oleh pihak masing-masing yang bersangkutan.
2.
TRANSPORTASI
KHUSUS
ü Memuat
semua peraturan yang di perlukakn untuk trasportasi khusus dalam batas domestic
dan internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar